Resan, Jeruk Legi, Katongan, Nglipar, Gk

Berawal dari situlah kemudian keberadaan pohon ini pada suatu tempat tertentu
di anggap sebagai papan yang angker.
Setelah era pencerahan dengan hadirnya agama dengan system
monotoisme ternyata tidak menghapus secara tuntas ritus dan situs ringin sebagai symbol
keangkeran tempat bersemayamnya roh halus dan para setan jin parayangan serta dayang penguasa alam gaib.
Resan merupakan tempat melakukan ritus persembahan sesaji. Setiap tahun diadakan rasulan/bersih desa di bawah pohon beringin
yang besar. Para warga membawa nasi dan lauk pauk dikumpulkan menjadi satu di
bawah pohon ringin dan berdoa bersama, semua itu merupakan bentuk rasa syukur masyarakat
agar dapat meningkatkan kerukunan masyarakat. Selain itu juga di
hibur tarian tradisional (ledek) sebelum tarian di
mulai biasanya para warga memberi uang dan tembakau yang di
bungkus daun dan diberikan kepada pihak tarian itu. Karena bentuk rasa
syukur seseorang sembuh dari penyakitnya (sakit) dan juga minta tombo bagi yang sakit.
Selain itu ada juga para warga yang
ikut memeriahkan acara itu dengan tarian-tarian dan memberi saweran kepada penari tersebut.
Sampai sekarang tradisi itu masih di lestarikan sebagai kebudayaan. zaman dahulu kalau tradisi ini
di tinggalkan penunggu pohon beringin itu bisa marah-marah (terjadi bencana),
oleh karena itu para warga sampai saat ini masih di lestarikan.
Dalam ajaran agama beranggapan kalau bersih desa/rasulan itu musrik dan di larang. Namun,
ada juga yang beranggapan kalau rasulan/bersih desa itu tradisi jawa jangan di
hilangkan tapi dilestarikan karena merupakan kebudayaan setempat.